pergaulan negatif

“Kita semua pernah muda”… Itu seringkali kata-kata yang kerap kita dengar dari obrolan-obrolan ringan yang sering kali diperbincangkan orang.

Pernyataan diatas memang sangat benar , siapa yang tidak pernah muda, hidup terasa begitu bergelora, hasrat untuk melakukan banyak hal begitu menggoda. Namun terkadang sedikit terlambat dan bukan sedikit dari slogan diatas membuat banyak orang berakhir sangat menyesal dikarenakan jalan yang diambil ternyata salah.

Nama panggilannya Brandon, dia hanya bisa iri melihat kedua teman kuliahnya lulus sarjana dengan nilai cum laude. Sementara Brandon terpaksa harus menelan pil pahit dengan status DO (drop out) dari kampus dimana dia berkuliah selama ini. Kondisi kontras di antara brandon dan kawan-kawannya ini sebenarnya sduah terjadi sejak masa SMP . Brandon selalu menjadi remaja yang di cap “gaul” dan “populer” disekolah. Namun pergaulan yang salah membuat masa depannya berantakan.

“Anak remaja sangat rentan terhadap masalah dirinya yang penuh gejolak, bila salah pergaulan maka bisa terpuruk dan tidak mendapat apa-apa.” Tegas Dra.Diennaaryati Tjokrosuprihatono,M.Psi.,Psikolog. Staf pengajar Fakultas psikologi Universitas Indonesia baru – baru ini di sebuah majalah ternama.

Anak remaja umumnya merasa sudah besar dan dewasa.kemampuan berpikirnya sudah seperti orang dewasa namun dari segi pengalaman sangatlah minim ”mereka kadang tidak mau didikte sebab merasa sudah bisa berpikir sendiri.” Jelas Dienna. Inilah masa transisi dari sifat tergantung kepada sifat mandiri ditambah lagi mereka sedang mencari identitas dirinya. Disinilah orangtua dan anak harus bisa menyesuaikan diri masing-masing.

Peran orang tua harus aktif dan tidak bisa menutup mata didalam mengenali gejala yang mulai ditujukan anaknya sebelum berkembang semakin jauh. Contohnya : seperti mudah marah, agresif, pulang larut malam dan membolos. Prestasi sekolah menurun drastis, mulai menjaga jarak dengan keluarga, tertutup dan  mulai punya rahasia. Selain itu orang tua mesti mewaspadai adanya tanda tanda fisik, seperti bekas luka yang tidak jelas, pakaian seragamnya lusuh dan kotor, bau rokok atau minuman keras pada anak”.

Memang menjadi remaja tidaklah mudah didalam kondisi lingkungan yang memang sepertinya membawa tuntutan tersendiri bagi remaja, seperti keinginan menjadi populer, tuntutan untuk bisa tampil “beda” dihadapan teman-teman sebanyanya akan menimbulkan tekanan tersendiri.

Bila kita menelaah lebih lanjut ada beberapa faktor eksternal dan internal penyebab kenakalan remaja, adapun faktor eksternalnya adalah :

  • Kurangnya pengawasan orang tua dikarenakan terlalu sibuk bekerja , tidak dapat menjadi teman anak, adanya konflik keluarga yang berkepanjangan, perceraian, tidak memiliki nilai –nilai yang diajarkans ehingga anak tidak memliki panduan.
  • Faktor lingkungan seperti kepadatan penduduk, kemacetan, pengangguran, tidak ada waktu luang yang membangun.
  • Di sekolah , adanya guru yang tidak dapat sepaham dengan muridnya, guru yang galak suka memberikan cap buruk kepada murid atau terkadang memberikan perhatian berlebih terhadap murid yang lain dan ketidak sediaan sarana yang mendukung kegiatan remaja dan modernisasi teknologi.

Sementara itu faktor internal yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah :

  • Emosi remaja yang sedang meningkat intensitasnya, energi yang besar dan butuh penyaluran, meningkatnya dorongan seksual, besarnya rasa ingin tahu, takut ditolak didalam kelompoknya, selain itu adanya perasaan tidak diakui , tidak disayang dan tidak dipercaya.

Jadi bagaimana cara mengatasi agar hal-hal buruk diatas tidak terjadi kepada remaja ?

  • Ajaklah sang anak untuk berdiskusi tentang hal-hal yang mereka hadapi, menempatkan posisi sebagai temannya akan memudahkan sang anak dalam terbuka tentang isi hati nya.

Orang tua harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya degna meluangkan waktu bersama secara kontinyu.

  • Hindari kesalahan paling umum yaitu terlalu cepat menyalahkan atau memojokan anak, serta jangan terlalu keras dalam memberikan larangan atau batasan
  • Remaja butuh dipercaya dan diberikan kelonggoran dalam batas waktu tertentu untuk dapat berkreasi, bereksplorasi,mencoba hal baru. Namun kenali lingkungan pergaulan si anak , dengan siapa saja ia bergaul sehari-hari itu akan lebih mudah bagi orang tua untuk mendeteksi lebih dini apabila si anak terjerumus ke dalam pergaulan yang menjerumuskan.
  • Ajarkan nilai-nilai kebenaran terutama ajak si anak mengenal lebih dalam nilai-nilai keagamaan dengan mengajaknya beribadah bersama.

Semoga bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *